Minggu, 05 April 2015

SIKAP ORANG-ORANG KAFIR TERHADAP HARI KIAMAT



A.    Al Ahzab ayat 63
يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا (٦٣)
B.     Terjemahan :
63. manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah". dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh Jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.[1]

C.    Deskripsi :
Manusia bertanya kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam tentang hari Kiamat dengan maksud meminta disegerakan, para musryik bertanya-tanya dengan maksud memperolok-oloknya, karena mereka tidak percaya adanya hari bangkit (manusia yang sudah meninggal dihidupkan kembali). Sedangkan orang-orang munafik bertanya untuk mempersulit Rasul dalam menjawabnya. Berbeda lagi dengan orang Yahudi, mereka bertanya hanya untuk menguji, agar mereka mengetahui apakah Nabi Muhammad akan menjawab bahwa dia tidak mengetahuinya ataukah Nabi akan menjawab dengan menentukan saatnya. Kemudian diantara mereka ada yang bertanya, “Yakni kapan terjadinya?”. Nabi menjawab bahwa tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah, aku dan selainku tidak mengetahui kapan terjadinya, namun kamu janganlah menganggapnya lambat. Dekat atau jauh kiamat tidak ada faedahnya, yang ada faedahnya adalah rugi atau beruntung, celaka atau bahagia, apakah seorang hamba berhak mendapatkan azab atau berhak mendapatkan pahala di hari itu? Inilah yang perlu diberitahukan. Maka di ayat selanjutnya disebutkan sifat orang yang berhak mendapatkan azab dan sifat azabnya, karena azab tersebut sesuai dengan mereka yang mendustakan kiamat.[2]
D.    Kata-kata Kunci :

1.      السَّاعَةِ : Hari Kiamat
2.      مَا يُدْرِيكَ : Apakah yang memberitahukan kepadamu tentang saat terjadinya kiamat

E.     Tafsiran
Yas-alukan naasu ‘anis saa’ati = Orang-orang bertanya kepadamu tentang hari kiamat.
Orang-orang sering menyampaikan pertanyaan ini. Yaitu, kapankah terjadinya hari kiamat. Orang-orang musryik bertanya tentang itu dengan sikap menginginkan hari itu segera terjadi dengan cara mengejek dan mengolok-olok. Sedangkan orang-orang munafik menanyakan hal itu dengan sikap keras kepala, yang sebenarnya mengerti jawaban apakah yang akan disampaikan oleh Rasulullah. Memang ada juga diantara kaum mukmin bertanya tentang masa kedatangannya, tetapi bukan karena tidak percaya. Diriwayatkan bahwa ada seorang yang bertanya kepada Nabi Muhammad Saw: “Kapankah datangnya hari kiamat?” Nabi balik bertanya: “Apakah yang engkau persiapkan untuknya?” Dia menjawab: “Demi Allah wahai Rasul, aku tidak mempersiapkan untuknya banyak shalat, dan tidak juga banyak puasa. Tetapi aku mencintai Allah dan Rasul-Nya. Maka Nabi Saw bersabda: “Engkau akan bersama dengan siapa yang engkau cintai.” (HR. Bukhari Muslim melalui Anas). Kebanyakan kaum mukminin yang bertanya tentang hari kiamat adalah karena terdorong oleh rasa ingin tahu tentang yang gaib baik menyangkut kenikmatan ukhrawi maupun siksa-Nya.[3]
Dan orang-orang Yahudi bertanya dengan maksud menguji kebenaran Nabi Saw apakah jawabannya akan sama dengan yang tercantum dalam kitab Taurat, bahwa soal hari kiamat itu sesungguhnya berada di tangan Allah. Nabi Muhammad Saw disuruh menjawab bahwa sesungguhnya yang memberitahukan kepada Muhammad tentang kapan datangnya hari kiamat itu dan boleh jadi telah dekat waktunya.[4]
“Bertanya kepada engkau manusia tentang hari kiamat.” (pangkal ayat 63). Dalam Al Qur’an hari kiamat sering disebut dengan “as-Sa’at”, dalam ayat ini pun ditulis SA’AT, tetapi kita artikan dengan yang senantiasa orang artikan yaitu hari kiamat. Di pangkal ayat ini dikatakan bahwa manusia bertanya kepada Nabi tentang kapan terjadinya SA’AT atau hari kiamat. Al-Qurthubi mengatakan dalam tafsirnya bahwa hal ini merupakan salah satu gangguan atau hal yang menyakiti hati Nabi. Yaitu saat Rasullulah Saw menerangkan bahwa barangsiapa yang mendurhakai tuhan, yaitu orang kafir, orang yang menyekutukan Allah, di hari kiamat mereka akan masuk neraka. Dalam surat-surat pendek yang telah diturunkan di Mekkah banyak diceritakan  tentang kehebatan hari kiamat itu seperti surat Al Qari’ah, Az Zilzalah, Al Haqqah dan At Takwir. Ketika Nabi membacakan surat-surat tersebut diantara mereka yang menentang Nabi dengan pertanyaan : “Bila itu akan kejadian, berapa tahun lagi?” Dan berbagai pertanyaan yang menyerupai itu. [5]
قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ
Qul innamaa ‘ilmuhaa ‘indallahi = Katakanlah: “Hanyalah Allah yang mengetahuinya.”
Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu hanya disisi Allah, yang ilmunya meliputi segala sesuatu dan tidak memberitahukan tentang hari kiamat kepada seorang malaikat yang didekatkan sekalipun, serta tidak pula pada seorang Nabi yang diutus.[6]
Dalam firman-Nya: لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا ada juga ulama yang memahaminya dalam arti boleh jadi kiamat itu sudah dekat, boleh jadi juga masih jauh, engkau Nabi Muhammad sama sekali tidak mengetahuinya. Sementara ulama berpendapat bahwa kalimat وَمَا يُدْرِيكَ yang menggunakan kata kerja bentuk mudhari’ atau masa kini dan dating digunakan Al Qur’an untuk sesuatu yang sama sekali dan kapan pun tidak dapat diketahui waktu oleh Nabi Muhammad Saw, yaitu waktu kedatangan hari kiamat.[7]
Selain kemungkaran orang-orang kafir terhadap Hari Kiamat yang dijelaskan dalam ayat Al Qur’an diatas, diterangkan pula dalam surat Yasin ayat 48-51. Dalam ayat ini juga menerangkan penegasan bahwa Hari Kiamat itu benar adanya.
وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (٤٨)مَا يَنْظُرُونَ إِلا صَيْحَةً وَاحِدَةً تَأْخُذُهُمْ وَهُمْ يَخِصِّمُونَ (٤٩)فَلا يَسْتَطِيعُونَ تَوْصِيَةً وَلا إِلَى أَهْلِهِمْ يَرْجِعُونَ (٥٠)وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ مِنَ الأجْدَاثِ إِلَى رَبِّهِمْ يَنْسِلُونَ (٥١)
Artinya :
48. dan mereka berkata: "Bilakah (terjadinya) janji ini (hari berbangkit) jika kamu adalah orang-orang yang benar?".
49. mereka tidak menunggu melainkan satu teriakan saja (Maksudnya: suara tiupan sangkalala yang pertama yang menghancurkan bumi ini) yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar.
50. lalu mereka tidak Kuasa membuat suatu wasiatpun dan tidak (pula) dapat kembali kepada keluarganya.
51. dan ditiuplah sangkalala (Tiupan ini adalah tiupan sangkalala yang kedua yang sesudahnya bangkitlah orang-orang dalam kubur), Maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.
Pada ayat-ayat ini Allah SWT menerangkan kemungkaran orang-orang kafir terhadap hari berbangkit itu, bahkan mereka minta segera didatangkan dan memperolok-oloknya. Kemudian dia menegaskan bahwa Hari Kiamat itu pasti datang, akan datang tanpa mereka sadari dan pada hari kiamat mereka akan menyesali sikap mereka itu. Tetapi sesal pada hari kiamat tidak ada gunanya.
Ayat 48 menjelaskan segi lain dari sifat-sifat jelek kaum yang ingkar adalah tidak percaya pada Hari berbangkit sesudah mati. Apabila dikatakan pada mereka bahwa mereka kelak akan dibangkitkan kembali sesudah mati untuk mempertanggung jawabkan perbuatan mereka selama di dunia, maka mereka menjawab denagn sikap mengejek : “Bilakah janji itu akan terlaksana?”. Demikian keadaan kaum yang ingkar, hati mereka tidak lagi terbuka untuk menerima kebenaran. Penyesalan mereka barulah kan timbul setelah mereka menghadapi kenyataan tentang apa yang dulunya mereka ingkari.[8]
Kemudian ayat 49 berkomentar, “mereka tidak menunggu melainkan satu teriakan saja yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar”. Ini bermakna bahwa kiamat datang secara mendadak tanpa mereka sadari. Al Bukhari dan muslim mengeluarkan sebuah riwayat dari Abu Hurairah, bahaw Rasulullah bersabda :
“Kiamat benar-benar terjadi ketika dua orang laki-laki baru saja menebarkan selembar kain diantara mereka berdua, maka tak sempat keduanya melakukan jual beli dan tak sempat juga keduanya melipat kain tersebut. Kiamat benar-benar terjadi ketika seorang laki-laki tengah membuat kolamnya dan ia belum sempat mengisinya dengan air. Kiamat benar-benar terjadi ketika seseorang memeras susu kambingnya dan ia belum sempat meminumnya. Dan kiamat benar-benar terjadi ketika seseorang telah mengangkat makanan ke mulutunya dan ia belum sempat memakannya.”(Hadits riwayat Bukhari Muslim)[9]
Kata صَيْحَةً pada mulanya berarti suara keras yang keluar dari kerongkongan untuk meminta bantuan atau menghardik. Al Qur’an menggunakan kata tersebut dalam arti suara yang diakibatkan oleh gempa atau halilintar. Sementara ulama memahami kata tersebut disini dalam arti teriakan malaikat Israfil ketika ia meniupkan sangkakala.
Kata يَخِصِّمُونَ terambil dari kata خِصَام yakni pertengkaran. Pertengkaran dimaksud adalah pertikaian menyangkut urusan kenikmatan duniawi sambil melengahkan urusan ukhrawi. Ini jika teriakan yang dimaksud adalah teriakan malaikat Israfil. Ibn ‘Asyur memahami pertengkaran ini menyangkut cara menghadapi kaum muslimin yang bermaksud merampas harta dagangan mereka di Badr atau siapa yang ditugaskan untuk menghadapi aneka bahaya dan dalam keadaan mereka bingung antara percaya dan tidak.[10]
“Lalu mereka tidak Kuasa membuat suatu wasiatpun.” (pangkal ayat 50). Tidak sempat lagi membuat surat wasiat atau meninggalkan pesan wasiat untuk orang yang tinggal; “Dan tidak (pula) dapat kembali kepada keluarganya.” (ujung ayat 50). Sebab dimana mereka mendengarkan suara pekik yang dahsyat itu, disitu pula mereka akan mati.
Meskipun kiamat yang besar dengan pekik yang dahsyat bunyinya itu tidak diberitahukan terlebih dahulu kapan terjadinya, namun hal-hal yang menyerupai itu sudah banyak sekali terjadi dalam kehidupan manusia. Terutama di zaman modern ini. Orang sudah mudah dan cepat sampai di suatu negeri yang dituju dengan naik kapal udara atau pesawat. Namun berkali-kali kejadian  pesawat terbakar, atau menabrak bukit, atau rodanya tidak turun yang menyebabkan terjadinya kecelakaan sehingga para korban tidak sempat meninggalkan wasiat atau pulang ke rumah.[11]
 Pada ayat 51 mengungkapkan apa yang akan terjadi sesudah kematian makhluk atau manusia akibat teriakan tersebut. Yaitu bahwa : Dan ditiuplah sangkakala oleh malaikat Israfil sekali lagi, maka serta merta mereka semua dengan segera dan tanpa kuasa mengelak langsung bangkit dari kubur mereka masing-masing menuju Tuhan yang memelihara dan berbuat baik kepada mereka. Lalu merela berjalan keluar dengan cepat dan penuh kesungguhan. Manusia yang ketika hidupnya di dunia mengingkari hari kebangkitan sungguh terperajat dan takut, apalagi setelah melihat siksa yang menanti para pendurhaka nanti di neraka.[12]
Siksa atau balasan bagi orang-orang Yahudi dan orang-orang kafir akan mereka dapatkan pada saat di dunia maupun akhirat. Bahwa mereka dikutuk dan dihinakan serta dibunuh yang dilanjutkan dengan siksa di akhirat kelak. Seperti dalam QS. Al A’araf ayat 167.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكَ لَيَبْعَثَنَّ عَلَيْهِمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ يَسُومُهُمْ سُوءَ الْعَذَابِ إِنَّ رَبَّكَ لَسَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ (١٦٧)
167. dan (ingatlah), ketika Tuhanmu memberitahukan, bahwa Sesungguhnya Dia akan mengirim kepada mereka (orang-orang Yahudi) sampai hari kiamat orang-orang yang akan menimpakan kepada mereka azab yang seburuk-buruknya. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksa-Nya, dan Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Disini Allah menerangkan bahwa Dia telah menetapkan atas semua umat Yahudi sebagai bangsa yang hina dan rendah sampai hari kiamat untuk hukuman atas perbuatan-perbuatan mereka. Dan ini memang sudah menjadi Sunnatu ‘I-Lah dalam menghukum bangsa-bangsa manapun yang tidak mematuhi perintah dan melanggar perintah-perintah agama-Nya. Sunnah itu sebagaimana yang ditimpakan kepada umat Yahudi, juga yang ditimpakan pada bangsa-bangsa lain yang tidak berhenti dari kesesatannya. Bahkan semakin merajalela dalam melakukan kejahatan dan kesesatan.[13]
Siksa bagi orang-orang yang zalim seperti bangsa Yahudi dan orang-orang kafir lainnya di akhirat dijelaskan juga dalam QS. Hud ayat 105-106.
يَوْمَ يَأْتِ لا تَكَلَّمُ نَفْسٌ إِلا بِإِذْنِهِ فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَسَعِيدٌ (١٠٥) فَأَمَّا الَّذِينَ شَقُوا فَفِي النَّارِ لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَشَهِيقٌ (١٠٦)
105. di kala datang hari itu, tidak ada seorangpun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya; Maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia.
106. Adapun orang-orang yang celaka, Maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih),
Hari kiamat memang belum datang, tetapi saat hari itu datang, tidak ada satu jiwa pun, baik yang taat apalagi yang durhaka, yang boleh berbicara melainkan dengan seizin-Nya; maka diantara mereka ada yang celaka dan ada juga yang berbahagia. Adapun orang-orang yang celaka tempat mereka di dalam neraka. Dan bagi mereka di dalamnya embusan dan tarikan napas yang sangat sulit, yakni rintihan yang sangat mengenaskan.
Kata زَفِيرٌ bermakna embusan pengeluaran napas yang dengan mendorongnya secara keras disebabkan sesaknya dada dan sulitnya bernapas. Sementara ulama berpendapat bahwa kata ini diambil dari kata az-zafr yang berarti beban berat di punggung. Sedang kata شَهِيقٌ adalah lawannya, yaitu upaya yang keras untuk memasukkan udara ke dalam dada. Ini terambil dari kata yang bermakna tinggi. Menarik dan mengembuskan napas yang dikemukakan di atas boleh jadi karena merintih kesakitan karena kesedihan yang mendalam. Keduanya tepat untuk penghuni neraka.[14]
Maksud dari ayat diatas adalah orang-orang yang di dunia karena mereka melakukan perbuatan-perbuatan celaka, akibat akidah mereka yang rusak secara turun-temurun dan mengikuti teladan buruk dalam beramal, sehingga mereka diliputi oleh kesalahan yang membuat padam cahaya fitrah dari jiwa mereka. Maka mereka mendesah napas dan menangis tersedu-sedu di dalam neraka, yang merupakan tempat mereka tinggal dan tempat kembali karena kesusahan yang tersimpan dalam dada dan sempitnya jiwa mereka, serta beratnya kesengsaraan.
Mereka tinggal di dalam neraka untuk selama-lamanya, seabadi langit yang manaungi mereka dan bumi yang menjadi pijakan mereka. Sedang yang dimaksud bahwa mereka tinggal dalam neraka secara abadi yang tiada kesudahannya.[15]

F.     Analisis
Hari Kiamat atau hari akhir adalah hari yang dijanjikan Allah benar-benar akan terjadi, namun tidak ada satupun dari umatnya yang mengetahui kapan terjadinya hari itu. Kiamat sendiri dibagi menjadi dua macam, yaitu kiamat sugra dan kiamat kubra. Kiamat sugra atau kiamat kecil adalah kiamat yang sudah sering terjadi di dunia ini. Sebagai contoh adalah kematian seseorang, dan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus dan bencana-bencana alam lain. Sedangkan kiamat kubra atau kiamat besar adalah kiamat yang menyebabkan hancurnya bumi ini dan sebagai tanda berakhirnya dunia.
Karena dahsyatnya kiamat kubra dan tidak ada satu pun umat yang mengetahui kapan terjadinya, membuat banyak pertanyaan muncul tentang Hari Kiamat itu sendiri. Sebagai seorang muslim sudah seharusnya mempercayai adanya Hari Kiamat atau Hari Akhir. Seperti salah satu bunyi Rukun Iman yang ke 5 “Percaya pada Hari Kiamat”.
Namun, berbeda dengan orang-orang kafir. Mereka tidak percaya dengan adanya Hari Kiamat. Orang-orang kafir tersebut selanjutnya akan mengingkari Hari Kiamat, bahkan ada yang meminta untuk disegerakan. Itu membuktikan dirinya sangat sombong dihadapan Allah dan meremehkan kekuatan Allah. Selain itu, mereka juga tidak percaya adanya kehidupan setelah mati untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya selama di dunia. Pandangan mereka terhadap hal yang gaib sama sekali tidak dipercayainya, karena hati mereka telah tertutupi dari cahya rahmat Allah.
Hal itu dapat kita lihat dari banyaknya film-film buatan manusia seperti film 2012, The Day After Tomorrow, Independence Day, Knowing, Deep Impact, Armagedon, Earth Quake  dan film-film lain yang menggambarkan tentang kejadian hari kiamat.
Kita ambil satu contoh dari film 2012 yang sangat fenomenal itu. Film ini terinspirasi dari ramalan suku Maya yang meramalkan bahwa bumi akan berakhir pada tanggal 21-12-2012 atau tepatnya jatuh pada hari Jum’at tanggal 21 Desember 2012 (titik balik matahari musim dingin belahan Bumi utara). Bersamaan dengan hari itu terjadi kiamat global di seluruh dunia.
Film buatan Columbia Pictures dari Amerika Serikat ini menceritakan kiamat adalah suatu fenomena alam dimana bumi mempunyai usia tertentu, yang pada suatu saat bumi akan mencapai usia akhirnya yaitu bersamaan dengan Kesejajaran Galaktik. Saat itulah terjadi banyak sekali bencana alam yang sangat mengerikan. Diawali dari retakan besar di  daerah California, yang merembet ke Washington, D.C dan terus merembet hingga ke Roma. Pada akhirnya menghancurkan sebagian besar bumi ini.
Namun, IHC (Intitute for Human Continuity) telah mengetahui hal tersebut dan menyiapkan armada kapal super canggih yang disimpan dibawah Gunung Himalaya untuk menyelamatkan manusia kelak pada saat kiamat terjadi. Tapi, tidak semua manusia dapat menaiki kapal, hanya manusia berduit banyak dan beberapa hewan species tertentu yang dapat menaiki kapal tersebut. Sehingga banyak manusia yang dibiarkan mati begitu saja karena ditelan bencana alam yang menghalau.
Setelah manusia berhasil melewati hari kiamat, mereka dibawa ke sebuah pulau yang masih tersisa. Disana mereka memulai hidup baru. Usia bumi berawal dari satu tahun dan selanjutnya manusia hidup seperti biasanya.
Seperti kita ketahui bahwa orang-orang kafir banyak yang bertanya tentang hari kiamat pada Rasulullah hanya untuk mengejeknya, bahkan ada yang memintanya untuk diajukan. Ini merupakan bukti ketidakpercayaan mereka pada hari kiamat. Dengan mereka menentukan kapan terjadinya hari kiamat itu adalah sebuah kesalahan besar, karena sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat hanya Allah yang mengetahuinya. Allah berfirman dalam QS. Al Ahzab ayat 63:
يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا (٦٣)
63. manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah". dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh Jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.
Selain itu dalam film tersebut juga menunjukkan bahwa mereka tidak mempercayai adanya alam akhirat setelah hari kiamat. Lihat saja akhir dari filmnya. Mereka tetap hidup dibumi dan menganggap kiamat adalah sebuah bencana alam seperti biasa yang kapasitas dan intensitasnya lebih besar.
Hal tersebut sangat bertentangan dengan ajaran agama islam. Dalam Al Qur’an dan hadis banyak  dijelaskan bahwa setelah terjadinya hari kiamat manusia akan mati secara keseluruhan, yang kemudian mereka akan dihidupkan kembali untuk menghadapi proses hisab dihadapan Allah. Seperti firman Allah dalam QS. Ibrahim ayat 48:
يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ وَبَرَزُوا لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ (٤٨)
48. (yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.
Banyak manusia percaya dengan kematian, percaya dengan hari akhir, namun masalah hari kebangkitan banyak manusia yang meragukannya. Mereka menganggap kematian dan hari kiamat hanya sekedar siklus alam yang terjadi begitu saja. Setelah itu semua masalah manusia berakhir sampai disitu, sampai berakhirnya nyawa dan bumi ini saja.
Lalu apakah yang harus kita lakukan sebagai seorang muslim yang baik dalam menghadapi hal tersebut? Apakah kita akan menolak mentah-mentah untuk menonton film-film yang menggambarkan kejadian kiamat? atau malah ikut mempercayai ramalannya juga?
Sebagai seorang muslim yang baik, hendaknya kita jangan sampai ikut-ikutan mempercayai ramalan tersebut. Walaupun banyak isu beredar bahwa ramalan itu didasarkan pada penemuan-penemuan oleh para ilmuan yang memperkirakan akan adanya bencana yang datang dari luar angkasa seperti ditemukannya planet Nibiru yang akan menghantam bumi dalam waktu dekat, badai matahari, dan isu-isu lainnya.
Soal planet Nibiru, banyak terjadi perdebatan diantara ilmuan. Memang ada planet baru yang ditemukan, namun itu hanya planet kerdil seukuran pluto yang terletak sangat jauh dari bumi. Jika memang ada planet baru yang sangat dekat dengan bumi dan akan menghantam bumi dalam waktu dekat, kenapa para ilmuan terkemuka di dunia tidak menemukannya? Dan isu tersebut hanya tercuat dari mulut segelintir orang saja. Pantaskah isu tersebut kita percayai? Tentunya tidak sama sekali.
Sedangkan masalah badai matahari memang benar adanya. Isu bahwa kiamat akan terjadi pada tanggal 21-12-2012 ternyata didasarkan pada terjadinya badai matahari. Kekuatan yang dihasilkan matahari saat terjadinya badai adalah 60 kali lebih besar daripada kekuatan bom atom di Hirosima, namun hal itu tidak akan menyebabkan hancurnya bumi. Dampaknya hanya akan mempengaruhi jaringan listrik saja. Sekali lagi isu tentang kiamat terbantahkan.
Lalu apa maksud dari disebarnya isu-isu tersebut? Berbagai sumber menyebutkan bahwa isu tersebut disebar hanya untuk kepentingan kantong pribadi saja. Dengan membingungkan seluruh manusia di dunia, mereka akan mengeruk keuntungan sebenyak-banyaknya. Sebagai contoh saja, dengan kebingungan yang terjadi, banyak sekali orang berbondong-bondong untuk menonton film-film yang menggambarkan peristiwa kiamat, membeli buku-buku yang menceritakan bagaimana akhir dunia. Bahkan ada sekelompok orang membuat bangker untuk tempat persembunyian saat terjadinya kiamat. Bukankah sudah jelas bahwa isu tersebut hanya untuk kepentingan kantong pribadi saja.
Sekali lagi ditegaskan dalam Al Qur’an bahwa persoalan kiamat hanya Allah yang mengetahuinya. Malaikat, Nabi, Rasul, dan manusia tidak ada satupun yang mengetahuinnya. Seperti firman Allah dalam Al A’raf ayat 187:
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي لا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلا هُوَ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لا تَأْتِيكُمْ إِلا بَغْتَةً يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ (١٨٧)
187. mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. kiamat itu Amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui".
Dari semua kejadian yang sudah terjadi dan dijelaskan diatas dapat kita ambil hikmah. Kita sebagai seorang mukmin tidak boleh mempercayai berbagai bentuk ramalan yang menyatakan tentang hari kiamat. Karena sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu hanya milik Allah.
Boleh saja kita menonton filmnya, namun tidak serta merta mempercayai ramalannya pula. Anggap saja hal tersebut sebagai motivasi agar kita selalu mengerjakan amal kebaikan selagi kita berada di dunia. Menyiapkan bekal yang akan kita bawa untuk kehidupan yang akan datang, yaitu alam akhirat. Alam yang lebih kekal dan lebih dijanjikan Allah. Semoga kita semua selalu menjadi hamba Allah yang mendapatkan rahmat dan hidayahNya. Amin.


[1] H. Oemar Bakry, Tafsir Rahmat, Cetakan Ketiga (Jakarta: PT Mutiara, 1993), 833.
[2] Prof. DR. Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, TAFSIR AL-QUR’ANUL MAJID AN-NUUR, ed. Dr. H. Nourouzzaman Shiddiqi, M.A. and H. Z.Fuad Hasbi ash-Shiddieqy, Kedua (Semarang: PT PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2000), 3311.
[3] M. Quraish Shihab, TAFSIR AL-MISBAH, vol. 11, Cetakan Kedua (Jakarta: Lentera Hati, 2004), 325.
[4] Drs. HA. Hafizh Basuki, MA. et al., AL QUR’AN DAN TAFSIRNYA (Semarang: PT CITRA EFFHAR, 1993), 46.
[5] Prof. Dr. Hamka, TAFSIR AL AZHAR Juzu XXII, Cetakan kesatu (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1988), 103.
[6] Ahmad Mustafa Al-Maraghi, TERJEMAHAN TAFSIR AL-MARAGHI, trans. K. Anshori Umar Sitanggal, Drs. Hery Noer Aly, and Bahrun Abubakar, Lc., vol. 29, Cetakan Pertama (Semarang: CV Tohaputra, 1989), 65–66.
[7] M. Quraish Shihab, TAFSIR AL-MISBAH, 2004, 11:325.
[8] Drs. HA. Hafizh Basuki, MA. et al., AL QUR’AN DAN TAFSIRNYA, 246.
[9] Ahmad Mustofa  aL-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, trans. Bahrun Abubakar, Lc., Drs. Hery Noer Aly, and K. Anshori Umar Sitanggal, vol. XXII, Cetakan Pertama (Semarang: Karya Toha Putra, 1993), 26.
[10] M. Quraish Shihab, TAFSIR AL-MISBAH, 2004, 11:166.
[11] Prof. Dr. Hamka, TAFSIR AL AZHAR Juzu XXIII, Cetakan kesatu (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1988), 51.
[12] M. Quraish Shihab, TAFSIR AL-MISBAH, 2004, 11:167.
[13] Ahmad Mustofa  aL-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, trans. Bahrun Abubakar, Lc., Drs. Hery Noer Aly, and K. Anshori Umar Sitanggal, vol. VII, Cetakan Pertama (Semarang: Karya Toha Putra, 1993), 177–178.
[14] M. Quraish Shihab, TAFSIR AL-MISBAH, vol. 5, Cetakan Kedua (Jakarta: Lentera Hati, 2004), 745 & 749.
[15] Ahmad Mustofa  aL-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, trans. Bahrun Abubakar, Lc., Drs. Hery Noer Aly, and K. Anshori Umar Sitanggal, vol. XII, Cetakan Pertama (Semarang: Karya Toha Putra, 1988), 168.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar