A.
Al Ahzab ayat
63
يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَمَا
يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا (٦٣)
B.
Terjemahan :
63. manusia bertanya kepadamu tentang
hari berbangkit. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari
berbangkit itu hanya di sisi Allah". dan tahukah kamu (hai Muhammad),
boleh Jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.[1]
Manusia
bertanya kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam tentang hari Kiamat
dengan maksud meminta disegerakan, para musryik bertanya-tanya dengan maksud memperolok-oloknya, karena mereka
tidak percaya adanya hari bangkit (manusia yang sudah meninggal dihidupkan
kembali). Sedangkan orang-orang munafik bertanya untuk mempersulit Rasul dalam menjawabnya. Berbeda lagi dengan orang Yahudi, mereka bertanya hanya
untuk menguji, agar mereka mengetahui apakah Nabi Muhammad akan menjawab bahwa
dia tidak mengetahuinya ataukah Nabi akan menjawab dengan menentukan saatnya. Kemudian diantara mereka ada yang bertanya, “Yakni kapan terjadinya?”. Nabi menjawab bahwa tidak
ada yang mengetahuinya kecuali Allah, aku dan selainku tidak mengetahui kapan
terjadinya, namun kamu janganlah menganggapnya lambat. Dekat atau jauh kiamat
tidak ada faedahnya, yang ada faedahnya adalah rugi atau beruntung, celaka atau
bahagia, apakah seorang hamba berhak mendapatkan azab atau berhak mendapatkan
pahala di hari itu? Inilah yang perlu diberitahukan. Maka di ayat selanjutnya
disebutkan sifat orang yang berhak mendapatkan azab dan sifat azabnya, karena
azab tersebut sesuai dengan mereka yang mendustakan kiamat.[2]
D.
Kata-kata
Kunci :
1. السَّاعَةِ : Hari Kiamat
2. مَا يُدْرِيكَ
: Apakah yang memberitahukan kepadamu tentang saat terjadinya kiamat
E.
Tafsiran
Yas-alukan
naasu ‘anis saa’ati = Orang-orang bertanya kepadamu tentang hari
kiamat.
Orang-orang
sering menyampaikan pertanyaan ini. Yaitu, kapankah terjadinya hari kiamat.
Orang-orang musryik bertanya tentang itu dengan sikap menginginkan hari itu
segera terjadi dengan cara mengejek dan mengolok-olok. Sedangkan orang-orang
munafik menanyakan hal itu dengan sikap keras kepala, yang sebenarnya mengerti
jawaban apakah yang akan disampaikan oleh Rasulullah. Memang ada juga diantara
kaum mukmin bertanya tentang masa kedatangannya, tetapi bukan karena tidak
percaya. Diriwayatkan bahwa ada seorang yang bertanya kepada Nabi Muhammad Saw:
“Kapankah datangnya hari kiamat?” Nabi balik bertanya: “Apakah yang engkau
persiapkan untuknya?” Dia menjawab: “Demi Allah wahai Rasul, aku tidak
mempersiapkan untuknya banyak shalat, dan tidak juga banyak puasa. Tetapi aku
mencintai Allah dan Rasul-Nya. Maka Nabi Saw bersabda: “Engkau akan bersama
dengan siapa yang engkau cintai.” (HR. Bukhari Muslim melalui Anas). Kebanyakan
kaum mukminin yang bertanya tentang hari kiamat adalah karena terdorong oleh
rasa ingin tahu tentang yang gaib baik menyangkut kenikmatan ukhrawi maupun
siksa-Nya.[3]
Dan
orang-orang Yahudi bertanya dengan maksud menguji kebenaran Nabi Saw apakah
jawabannya akan sama dengan yang tercantum dalam kitab Taurat, bahwa soal hari
kiamat itu sesungguhnya berada di tangan Allah. Nabi Muhammad Saw disuruh
menjawab bahwa sesungguhnya yang memberitahukan kepada Muhammad tentang kapan
datangnya hari kiamat itu dan boleh jadi telah dekat waktunya.[4]
“Bertanya kepada engkau manusia
tentang hari kiamat.” (pangkal ayat 63). Dalam Al Qur’an hari kiamat sering
disebut dengan “as-Sa’at”, dalam ayat ini pun ditulis SA’AT, tetapi kita
artikan dengan yang senantiasa orang artikan yaitu hari kiamat. Di pangkal ayat
ini dikatakan bahwa manusia bertanya kepada Nabi tentang kapan terjadinya SA’AT
atau hari kiamat. Al-Qurthubi mengatakan dalam tafsirnya bahwa hal ini
merupakan salah satu gangguan atau hal yang menyakiti hati Nabi. Yaitu saat
Rasullulah Saw menerangkan bahwa barangsiapa yang mendurhakai tuhan, yaitu
orang kafir, orang yang menyekutukan Allah, di hari kiamat mereka akan masuk
neraka. Dalam surat-surat pendek yang telah diturunkan di Mekkah banyak
diceritakan tentang kehebatan hari
kiamat itu seperti surat Al Qari’ah, Az Zilzalah, Al Haqqah dan At Takwir.
Ketika Nabi membacakan surat-surat tersebut diantara mereka yang menentang Nabi
dengan pertanyaan : “Bila itu akan kejadian, berapa tahun lagi?” Dan berbagai
pertanyaan yang menyerupai itu. [5]
قُلْ
إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ
Qul innamaa ‘ilmuhaa ‘indallahi = Katakanlah:
“Hanyalah Allah yang mengetahuinya.”
Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu hanya disisi
Allah, yang ilmunya meliputi segala sesuatu dan tidak memberitahukan tentang
hari kiamat kepada seorang malaikat yang didekatkan sekalipun, serta tidak pula
pada seorang Nabi yang diutus.[6]
Dalam firman-Nya: لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ
قَرِيبًا ada juga ulama
yang memahaminya dalam arti boleh jadi kiamat itu sudah dekat, boleh jadi juga
masih jauh, engkau Nabi Muhammad sama sekali tidak mengetahuinya. Sementara
ulama berpendapat bahwa kalimat وَمَا
يُدْرِيكَ yang menggunakan
kata kerja bentuk mudhari’ atau masa kini dan dating digunakan Al Qur’an untuk
sesuatu yang sama sekali dan kapan pun tidak dapat diketahui waktu oleh Nabi
Muhammad Saw, yaitu waktu kedatangan hari kiamat.[7]
Selain kemungkaran orang-orang kafir terhadap Hari Kiamat yang dijelaskan
dalam ayat Al Qur’an diatas, diterangkan pula dalam surat Yasin ayat 48-51.
Dalam ayat ini juga menerangkan penegasan bahwa Hari Kiamat itu benar adanya.
وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (٤٨)مَا يَنْظُرُونَ
إِلا صَيْحَةً وَاحِدَةً تَأْخُذُهُمْ وَهُمْ يَخِصِّمُونَ (٤٩)فَلا يَسْتَطِيعُونَ
تَوْصِيَةً وَلا إِلَى أَهْلِهِمْ يَرْجِعُونَ (٥٠)وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ
مِنَ الأجْدَاثِ إِلَى رَبِّهِمْ يَنْسِلُونَ (٥١)
Artinya :
48. dan mereka berkata: "Bilakah (terjadinya) janji ini (hari
berbangkit) jika kamu adalah orang-orang yang benar?".
49. mereka tidak menunggu melainkan satu teriakan saja (Maksudnya: suara
tiupan sangkalala yang pertama yang menghancurkan bumi ini) yang akan
membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar.
50. lalu mereka tidak Kuasa membuat suatu wasiatpun dan tidak (pula) dapat
kembali kepada keluarganya.
51. dan ditiuplah sangkalala (Tiupan ini adalah tiupan sangkalala yang
kedua yang sesudahnya bangkitlah orang-orang dalam kubur), Maka tiba-tiba
mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.
Pada ayat-ayat ini Allah SWT menerangkan kemungkaran orang-orang kafir
terhadap hari berbangkit itu, bahkan mereka minta segera didatangkan dan
memperolok-oloknya. Kemudian dia menegaskan bahwa Hari Kiamat itu pasti datang,
akan datang tanpa mereka sadari dan pada hari kiamat mereka akan menyesali
sikap mereka itu. Tetapi sesal pada hari kiamat tidak ada gunanya.
Ayat 48 menjelaskan segi lain dari sifat-sifat jelek kaum yang ingkar
adalah tidak percaya pada Hari berbangkit sesudah mati. Apabila dikatakan pada
mereka bahwa mereka kelak akan dibangkitkan kembali sesudah mati untuk mempertanggung
jawabkan perbuatan mereka selama di dunia, maka mereka menjawab denagn sikap
mengejek : “Bilakah janji itu akan terlaksana?”. Demikian keadaan kaum yang
ingkar, hati mereka tidak lagi terbuka untuk menerima kebenaran. Penyesalan
mereka barulah kan timbul setelah mereka menghadapi kenyataan tentang apa yang dulunya
mereka ingkari.[8]
Kemudian ayat 49 berkomentar, “mereka tidak menunggu melainkan satu
teriakan saja yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar”.
Ini bermakna bahwa kiamat datang secara mendadak tanpa mereka sadari. Al
Bukhari dan muslim mengeluarkan sebuah riwayat dari Abu Hurairah, bahaw
Rasulullah bersabda :
“Kiamat benar-benar terjadi ketika dua orang laki-laki baru saja menebarkan
selembar kain diantara mereka berdua, maka tak sempat keduanya melakukan jual
beli dan tak sempat juga keduanya melipat kain tersebut. Kiamat benar-benar
terjadi ketika seorang laki-laki tengah membuat kolamnya dan ia belum sempat
mengisinya dengan air. Kiamat benar-benar terjadi ketika seseorang memeras susu
kambingnya dan ia belum sempat meminumnya. Dan kiamat benar-benar terjadi
ketika seseorang telah mengangkat makanan ke mulutunya dan ia belum sempat
memakannya.”(Hadits riwayat Bukhari Muslim)[9]
Kata صَيْحَةً
pada mulanya berarti suara keras yang keluar dari kerongkongan untuk
meminta bantuan atau menghardik. Al Qur’an menggunakan kata tersebut dalam arti
suara yang diakibatkan oleh gempa atau halilintar. Sementara ulama memahami
kata tersebut disini dalam arti teriakan malaikat Israfil ketika ia meniupkan
sangkakala.
Kata يَخِصِّمُونَ
terambil dari kata خِصَام yakni pertengkaran. Pertengkaran dimaksud
adalah pertikaian menyangkut urusan kenikmatan duniawi sambil melengahkan
urusan ukhrawi. Ini jika teriakan yang dimaksud adalah teriakan malaikat
Israfil. Ibn ‘Asyur memahami pertengkaran ini menyangkut cara menghadapi kaum
muslimin yang bermaksud merampas harta dagangan mereka di Badr atau siapa yang
ditugaskan untuk menghadapi aneka bahaya dan dalam keadaan mereka bingung
antara percaya dan tidak.[10]
“Lalu mereka tidak Kuasa membuat suatu wasiatpun.” (pangkal ayat 50). Tidak
sempat lagi membuat surat wasiat atau meninggalkan pesan wasiat untuk orang
yang tinggal; “Dan tidak (pula) dapat kembali kepada keluarganya.” (ujung ayat
50). Sebab dimana mereka mendengarkan suara pekik yang dahsyat itu, disitu pula
mereka akan mati.
Meskipun kiamat yang besar dengan pekik yang dahsyat bunyinya itu tidak
diberitahukan terlebih dahulu kapan terjadinya, namun hal-hal yang menyerupai
itu sudah banyak sekali terjadi dalam kehidupan manusia. Terutama di zaman
modern ini. Orang sudah mudah dan cepat sampai di suatu negeri yang dituju
dengan naik kapal udara atau pesawat. Namun berkali-kali kejadian pesawat terbakar, atau menabrak bukit, atau
rodanya tidak turun yang menyebabkan terjadinya kecelakaan sehingga para korban
tidak sempat meninggalkan wasiat atau pulang ke rumah.[11]
Pada ayat 51 mengungkapkan apa yang
akan terjadi sesudah kematian makhluk atau manusia akibat teriakan tersebut.
Yaitu bahwa : Dan ditiuplah sangkakala oleh malaikat Israfil sekali lagi, maka
serta merta mereka semua dengan segera dan tanpa kuasa mengelak langsung
bangkit dari kubur mereka masing-masing menuju Tuhan yang memelihara dan
berbuat baik kepada mereka. Lalu merela berjalan keluar dengan cepat dan penuh
kesungguhan. Manusia yang ketika hidupnya di dunia mengingkari hari kebangkitan
sungguh terperajat dan takut, apalagi setelah melihat siksa yang menanti para
pendurhaka nanti di neraka.[12]
Siksa atau balasan bagi orang-orang Yahudi dan orang-orang kafir akan
mereka dapatkan pada saat di dunia maupun akhirat. Bahwa mereka
dikutuk dan dihinakan serta dibunuh yang dilanjutkan dengan siksa di akhirat
kelak. Seperti dalam QS. Al
A’araf ayat 167.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكَ لَيَبْعَثَنَّ عَلَيْهِمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
مَنْ يَسُومُهُمْ سُوءَ الْعَذَابِ إِنَّ رَبَّكَ لَسَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ
رَحِيمٌ (١٦٧)
167. dan (ingatlah), ketika Tuhanmu memberitahukan,
bahwa Sesungguhnya Dia akan mengirim kepada mereka (orang-orang Yahudi) sampai
hari kiamat orang-orang yang akan menimpakan kepada mereka azab yang
seburuk-buruknya. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksa-Nya, dan Sesungguhnya
Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Disini Allah menerangkan bahwa Dia telah menetapkan atas semua umat Yahudi
sebagai bangsa yang hina dan rendah sampai hari kiamat untuk hukuman atas
perbuatan-perbuatan mereka. Dan ini memang sudah menjadi Sunnatu ‘I-Lah dalam
menghukum bangsa-bangsa manapun yang tidak mematuhi perintah dan melanggar
perintah-perintah agama-Nya. Sunnah itu sebagaimana yang ditimpakan kepada umat
Yahudi, juga yang ditimpakan pada bangsa-bangsa lain yang tidak berhenti dari
kesesatannya. Bahkan semakin merajalela dalam melakukan kejahatan dan
kesesatan.[13]
Siksa bagi orang-orang yang zalim seperti bangsa Yahudi dan orang-orang
kafir lainnya di akhirat dijelaskan juga dalam QS. Hud ayat 105-106.
يَوْمَ يَأْتِ لا تَكَلَّمُ نَفْسٌ إِلا بِإِذْنِهِ فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَسَعِيدٌ
(١٠٥) فَأَمَّا الَّذِينَ شَقُوا فَفِي النَّارِ لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَشَهِيقٌ (١٠٦)
105. di kala datang hari itu, tidak ada seorangpun yang berbicara,
melainkan dengan izin-Nya; Maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang
berbahagia.
106. Adapun orang-orang yang celaka, Maka (tempatnya) di dalam neraka, di
dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih),
Hari kiamat memang belum datang, tetapi saat hari itu datang, tidak ada
satu jiwa pun, baik yang taat apalagi yang durhaka, yang boleh berbicara
melainkan dengan seizin-Nya; maka diantara mereka ada yang celaka dan ada juga
yang berbahagia. Adapun orang-orang yang celaka tempat mereka di dalam neraka.
Dan bagi mereka di dalamnya embusan dan tarikan napas yang sangat sulit, yakni
rintihan yang sangat mengenaskan.
Kata زَفِيرٌ
bermakna embusan pengeluaran napas yang dengan mendorongnya secara keras
disebabkan sesaknya dada dan sulitnya bernapas. Sementara ulama berpendapat
bahwa kata ini diambil dari kata az-zafr yang berarti beban berat di punggung.
Sedang kata شَهِيقٌ
adalah lawannya, yaitu upaya yang keras untuk memasukkan udara ke dalam dada.
Ini terambil dari kata yang bermakna tinggi. Menarik dan mengembuskan napas
yang dikemukakan di atas boleh jadi karena merintih kesakitan karena kesedihan
yang mendalam. Keduanya tepat untuk penghuni neraka.[14]
Maksud dari ayat diatas adalah orang-orang yang di dunia karena mereka
melakukan perbuatan-perbuatan celaka, akibat akidah mereka yang rusak secara
turun-temurun dan mengikuti teladan buruk dalam beramal, sehingga mereka
diliputi oleh kesalahan yang membuat padam cahaya fitrah dari jiwa mereka. Maka
mereka mendesah napas dan menangis tersedu-sedu di dalam neraka, yang merupakan tempat mereka tinggal dan tempat
kembali karena kesusahan yang tersimpan dalam dada dan sempitnya jiwa mereka,
serta beratnya kesengsaraan.
Mereka tinggal di dalam neraka untuk selama-lamanya, seabadi langit yang
manaungi mereka dan bumi yang menjadi pijakan mereka. Sedang yang dimaksud
bahwa mereka tinggal dalam neraka secara abadi yang tiada kesudahannya.[15]
F. Analisis
Hari Kiamat atau hari akhir adalah hari yang dijanjikan Allah benar-benar
akan terjadi, namun tidak ada satupun dari umatnya yang mengetahui kapan
terjadinya hari itu. Kiamat sendiri dibagi menjadi dua macam, yaitu kiamat sugra
dan kiamat kubra. Kiamat sugra atau kiamat kecil adalah kiamat yang sudah sering
terjadi di dunia ini. Sebagai contoh adalah kematian seseorang, dan bencana
alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus dan bencana-bencana alam lain.
Sedangkan kiamat kubra atau kiamat besar adalah kiamat yang menyebabkan
hancurnya bumi ini dan sebagai tanda berakhirnya dunia.
Karena dahsyatnya kiamat kubra dan tidak ada satu pun umat yang mengetahui
kapan terjadinya, membuat banyak pertanyaan muncul tentang Hari Kiamat itu sendiri.
Sebagai seorang muslim sudah seharusnya mempercayai adanya Hari Kiamat atau
Hari Akhir. Seperti salah satu bunyi Rukun Iman yang ke 5 “Percaya pada Hari
Kiamat”.
Namun, berbeda dengan orang-orang kafir. Mereka tidak percaya dengan adanya
Hari Kiamat. Orang-orang kafir tersebut selanjutnya akan mengingkari Hari
Kiamat, bahkan ada yang meminta untuk disegerakan. Itu membuktikan dirinya
sangat sombong dihadapan Allah dan meremehkan kekuatan Allah. Selain itu,
mereka juga tidak percaya adanya kehidupan setelah mati untuk mempertanggung
jawabkan perbuatannya selama di dunia. Pandangan mereka terhadap hal yang gaib
sama sekali tidak dipercayainya, karena hati mereka telah tertutupi dari cahya
rahmat Allah.
Hal itu dapat kita lihat dari banyaknya film-film buatan manusia seperti film 2012,
The Day After Tomorrow, Independence Day, Knowing, Deep Impact, Armagedon,
Earth Quake dan film-film lain yang
menggambarkan tentang kejadian hari kiamat.
Kita ambil
satu contoh dari film 2012 yang sangat fenomenal itu. Film ini terinspirasi
dari ramalan suku Maya yang meramalkan bahwa bumi akan berakhir pada tanggal
21-12-2012 atau tepatnya jatuh pada hari Jum’at tanggal
21 Desember 2012 (titik balik matahari musim dingin belahan
Bumi utara). Bersamaan dengan hari itu terjadi kiamat global di seluruh dunia.
Film buatan
Columbia Pictures dari Amerika Serikat ini menceritakan kiamat adalah suatu fenomena alam dimana bumi mempunyai usia
tertentu, yang pada suatu saat bumi akan mencapai usia akhirnya yaitu bersamaan
dengan Kesejajaran Galaktik. Saat itulah terjadi banyak sekali bencana alam
yang sangat mengerikan. Diawali dari retakan besar di daerah California, yang merembet ke
Washington, D.C dan terus merembet hingga ke Roma. Pada akhirnya menghancurkan
sebagian besar bumi ini.
Namun, IHC
(Intitute for Human Continuity) telah mengetahui hal tersebut dan menyiapkan
armada kapal super canggih yang disimpan dibawah Gunung Himalaya untuk
menyelamatkan manusia kelak pada saat kiamat terjadi. Tapi, tidak semua manusia
dapat menaiki kapal, hanya manusia berduit banyak dan beberapa hewan species
tertentu yang dapat menaiki kapal tersebut. Sehingga banyak manusia yang
dibiarkan mati begitu saja karena ditelan bencana alam yang menghalau.
Setelah
manusia berhasil melewati hari kiamat, mereka dibawa ke sebuah pulau yang masih
tersisa. Disana mereka memulai hidup baru. Usia bumi berawal dari satu tahun
dan selanjutnya manusia hidup seperti biasanya.
Seperti kita
ketahui bahwa orang-orang kafir banyak yang bertanya tentang hari kiamat pada
Rasulullah hanya untuk mengejeknya, bahkan ada yang memintanya untuk diajukan.
Ini merupakan bukti ketidakpercayaan mereka pada hari kiamat. Dengan mereka
menentukan kapan terjadinya hari kiamat itu adalah sebuah kesalahan besar,
karena sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat hanya Allah yang
mengetahuinya. Allah berfirman dalam QS. Al Ahzab ayat 63:
يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ
السَّاعَةِ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ
تَكُونُ قَرِيبًا (٦٣)
63.
manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah:
"Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi
Allah". dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh Jadi hari berbangkit itu
sudah dekat waktunya.
Selain itu
dalam film tersebut juga menunjukkan bahwa mereka tidak mempercayai adanya alam
akhirat setelah hari kiamat. Lihat saja akhir dari filmnya. Mereka tetap hidup
dibumi dan menganggap kiamat adalah sebuah bencana alam seperti biasa yang
kapasitas dan intensitasnya lebih besar.
Hal tersebut
sangat bertentangan dengan ajaran agama islam. Dalam Al Qur’an dan hadis
banyak dijelaskan bahwa setelah
terjadinya hari kiamat manusia akan mati secara keseluruhan, yang kemudian
mereka akan dihidupkan kembali untuk menghadapi proses hisab dihadapan Allah.
Seperti firman Allah dalam QS. Ibrahim ayat 48:
يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ
غَيْرَ الأرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ وَبَرَزُوا لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ (٤٨)
48.
(yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian
pula) langit, dan meraka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke
hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.
Banyak manusia
percaya dengan kematian, percaya dengan hari akhir, namun masalah hari
kebangkitan banyak manusia yang meragukannya. Mereka menganggap kematian dan
hari kiamat hanya sekedar siklus alam yang terjadi begitu saja. Setelah itu
semua masalah manusia berakhir sampai disitu, sampai berakhirnya nyawa dan bumi
ini saja.
Lalu apakah
yang harus kita lakukan sebagai seorang muslim yang baik dalam menghadapi hal
tersebut? Apakah kita akan menolak mentah-mentah untuk menonton film-film yang
menggambarkan kejadian kiamat? atau malah ikut mempercayai ramalannya juga?
Sebagai
seorang muslim yang baik, hendaknya kita jangan sampai ikut-ikutan mempercayai
ramalan tersebut. Walaupun banyak isu beredar bahwa ramalan itu didasarkan pada
penemuan-penemuan oleh para ilmuan yang memperkirakan akan adanya bencana yang
datang dari luar angkasa seperti ditemukannya planet Nibiru yang akan
menghantam bumi dalam waktu dekat, badai matahari, dan isu-isu lainnya.
Soal planet
Nibiru, banyak terjadi perdebatan diantara ilmuan. Memang ada planet baru yang
ditemukan, namun itu hanya planet kerdil seukuran pluto yang terletak sangat
jauh dari bumi. Jika memang ada planet baru yang sangat dekat dengan bumi dan
akan menghantam bumi dalam waktu dekat, kenapa para ilmuan terkemuka di dunia
tidak menemukannya? Dan isu tersebut hanya tercuat dari mulut segelintir orang
saja. Pantaskah isu tersebut kita percayai? Tentunya tidak sama sekali.
Sedangkan
masalah badai matahari memang benar adanya. Isu bahwa kiamat akan terjadi pada
tanggal 21-12-2012 ternyata didasarkan pada terjadinya badai matahari. Kekuatan
yang dihasilkan matahari saat terjadinya badai adalah 60 kali lebih besar
daripada kekuatan bom atom di Hirosima, namun hal itu tidak akan menyebabkan
hancurnya bumi. Dampaknya hanya akan mempengaruhi jaringan listrik saja. Sekali
lagi isu tentang kiamat terbantahkan.
Lalu apa
maksud dari disebarnya isu-isu tersebut? Berbagai sumber menyebutkan bahwa isu
tersebut disebar hanya untuk kepentingan kantong pribadi saja. Dengan
membingungkan seluruh manusia di dunia, mereka akan mengeruk keuntungan
sebenyak-banyaknya. Sebagai contoh saja, dengan kebingungan yang terjadi,
banyak sekali orang berbondong-bondong untuk menonton film-film yang
menggambarkan peristiwa kiamat, membeli buku-buku yang menceritakan bagaimana
akhir dunia. Bahkan ada sekelompok orang membuat bangker untuk tempat
persembunyian saat terjadinya kiamat. Bukankah sudah jelas bahwa isu tersebut
hanya untuk kepentingan kantong pribadi saja.
Sekali lagi
ditegaskan dalam Al Qur’an bahwa persoalan kiamat hanya Allah yang mengetahuinya.
Malaikat, Nabi, Rasul, dan manusia tidak ada satupun yang mengetahuinnya.
Seperti firman Allah dalam Al A’raf ayat 187:
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ
أَيَّانَ مُرْسَاهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي لا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا
إِلا هُوَ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لا تَأْتِيكُمْ إِلا بَغْتَةً يَسْأَلُونَكَ
كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ
النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ (١٨٧)
187.
mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah:
"Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku;
tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. kiamat
itu Amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. kiamat
itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". mereka
bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah:
"Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah,
tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui".
Dari semua kejadian
yang sudah terjadi dan dijelaskan diatas dapat kita ambil hikmah. Kita sebagai
seorang mukmin tidak boleh mempercayai berbagai bentuk ramalan yang menyatakan
tentang hari kiamat. Karena sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu hanya
milik Allah.
Boleh saja
kita menonton filmnya, namun tidak serta merta mempercayai ramalannya pula.
Anggap saja hal tersebut sebagai motivasi agar kita selalu mengerjakan amal
kebaikan selagi kita berada di dunia. Menyiapkan bekal yang akan kita bawa
untuk kehidupan yang akan datang, yaitu alam akhirat. Alam yang lebih kekal dan
lebih dijanjikan Allah. Semoga kita semua selalu menjadi hamba Allah yang
mendapatkan rahmat dan hidayahNya. Amin.
[1]
H. Oemar Bakry, Tafsir
Rahmat, Cetakan Ketiga (Jakarta: PT Mutiara, 1993), 833.
[2]
Prof. DR. Teungku Muhammad
Hasbi ash-Shiddieqy, TAFSIR AL-QUR’ANUL MAJID AN-NUUR, ed. Dr. H.
Nourouzzaman Shiddiqi, M.A. and H. Z.Fuad Hasbi ash-Shiddieqy, Kedua (Semarang:
PT PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2000), 3311.
[3]
M. Quraish Shihab, TAFSIR
AL-MISBAH, vol. 11, Cetakan Kedua (Jakarta: Lentera Hati, 2004), 325.
[4]
Drs. HA. Hafizh Basuki, MA. et
al., AL QUR’AN DAN TAFSIRNYA (Semarang: PT CITRA EFFHAR, 1993), 46.
[5]
Prof. Dr. Hamka, TAFSIR AL
AZHAR Juzu XXII, Cetakan kesatu (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1988), 103.
[6]
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, TERJEMAHAN
TAFSIR AL-MARAGHI, trans. K. Anshori Umar Sitanggal, Drs. Hery Noer Aly,
and Bahrun Abubakar, Lc., vol. 29, Cetakan Pertama (Semarang: CV Tohaputra,
1989), 65–66.
[7]
M. Quraish Shihab, TAFSIR
AL-MISBAH, 2004, 11:325.
[8]
Drs. HA. Hafizh Basuki, MA. et
al., AL QUR’AN DAN TAFSIRNYA, 246.
[9]
Ahmad Mustofa aL-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, trans.
Bahrun Abubakar, Lc., Drs. Hery Noer Aly, and K. Anshori Umar Sitanggal, vol.
XXII, Cetakan Pertama (Semarang: Karya Toha Putra, 1993), 26.
[10]
M. Quraish Shihab, TAFSIR
AL-MISBAH, 2004, 11:166.
[11]
Prof. Dr. Hamka, TAFSIR AL
AZHAR Juzu XXIII, Cetakan kesatu (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1988), 51.
[12]
M. Quraish Shihab, TAFSIR
AL-MISBAH, 2004, 11:167.
[13]
Ahmad Mustofa aL-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, trans.
Bahrun Abubakar, Lc., Drs. Hery Noer Aly, and K. Anshori Umar Sitanggal, vol.
VII, Cetakan Pertama (Semarang: Karya Toha Putra, 1993), 177–178.
[14]
M. Quraish Shihab, TAFSIR
AL-MISBAH, vol. 5, Cetakan Kedua (Jakarta: Lentera Hati, 2004), 745 &
749.
[15]
Ahmad Mustofa aL-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, trans.
Bahrun Abubakar, Lc., Drs. Hery Noer Aly, and K. Anshori Umar Sitanggal, vol.
XII, Cetakan Pertama (Semarang: Karya Toha Putra, 1988), 168.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar