Minggu, 05 April 2015

HADIS TENTANG TERCABUTNYA ILMU



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Pendahuluan

Sebagaimana riwayat Shahih Bukhari bahwa Allah itu akan menghilangkan ilmu tidak dengan mencabutnya dari hati para ulama akan tetapi Allah akan menghilangkan ilmu dengan mewafatkan ulama, sebagai generasi muda hendaknya kita dapat menciptakan atau meneruskan peran para ulama terdahulu agar kita terhindar dari bala dan bencana dari hilangnya ilmu.

Karena kalau ulama sampai tidak ada ulama, sebagaimana Rasul s.a.w. bersabda bahwa nanti pada suatu saat ulama tidak akan tersisa, yang akan menciptakan keadaan ummat mulai mengambil para imam – imam, para guru – guru yang tidak mengerti ilmu, yang apabila ketika  mereka ditanya soal keagamaan, tidak mampu menjawab hanya sekedar berfatwa semaunya, sunnah dibilang bid’ah, yang baik dibilang musyrik, ibadah dibilang syirik, doa-doa dilarang, ziarah dilarang, karena memang tidak memiliki ilmu dan kesempitan ilmu dari syariah hadits. Mereka sesat dan menyesatkan.


B.     Rumusan Masalah

1.      Hadis tentang tercabutnya ilmu
2.      Asbabul Wurud dari Hadis tersebut

BAB II
PEMBAHASAN

1.      Hadis tentang tercabutnya ilmu

حديث عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُول : إِنَّ اللهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ اِنْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ العِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقَ عَالِمًا، اِتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوْسًا جُهَّالًا، فُسُئِلُوْا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوْا وَأَضَلُّوْا.
Artinya :
Abdullah bin Amr bin Al-ash r.a. berkata: Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah tiada akan menarik ilmu dengan sekali cabut dari hamba-Nya, melainkan dengan menarik ( mewafatkan ) ulama sehingga kalau tak ada lagi tinggal seorang alim pun, manusia mengangkat orang bodoh menjadi pemimpin. Maka ( para pemimpin yang bodoh itu ) ditanyakan orang (mengenai hal keagamaan ), lalu mereka berfatwa ( menjawab pertanyaan itu ) tanpa didasarkan ilmu, maka sesat dan menyesatkanlah mereka.”[1]  
2.      Asbabul Wurud
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad, As Syaikhan, At Turmudzi dan Ibnu Majah dari Amru bin ‘Asha r.a.
Dari Imam Ahmad dan At Thabrani meriwayatkan dari hadits Abu Umamah, katanya : “ Selesai melakukan haji wada’, Nabi SAW bersabda : “ Ambillah ilmu sebelum ia ditarik dan atau diangkat!” Seorang badawi ( udik ) bertanya : “Bagaimana ilmu itu diangkat?” Beliau bersabda : Ketahuilah, sesungguhnya hilangnya ilmu adalah hilangnya dalam tiga periode. Dalam riwayat lain dari Abu Umamah, orang itu bertanya : “Bagaimana mungkin ilmu terangkat, padahal ditengah-tengah kami selalu ada mushaf ( Al Quran ), kami mempelajarinya dan kami mengetahuinya, serta kami ajarkan pula kepada anak-anak dan isteri kami.” Rasulullah SAW mengangkat kepalanya karena marahnya. Beliau bersabda : “Inilah Yahudi dan Nasrani tatkala para Nabi datang kepada mereka  membawa mushaf tetapi mereka tidak mempelajarinya. Ibnu Hajar berkata : “Hadits ini mahsyur sekali dari riwayat Hisyam.
Hadis ini menunjukkan betapa berharganya kedudukan para ulama dalam pandangan agama. Kematian ulama berarti suatu kerugian bagi umat. Maka kemuliaan ilmu dan kepentingannya harus dirasakan oleh seseorang yang menuntut dan mengamalkannya. Jadi hidupkan ilmu-ilmu islam dengan memlihara Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya serta berusaha mengamalkannya agar dia tetap menjadi teladan dan panutan. Jangan tanyakan perihal keagamaan kepada orang bodoh, karena bila mereka berfatwa tanpa mengerti ilmu yang sebenarnya, mereka justru akan menyesatkan ( umat ) dari jalan yang lurus.[2]
Al-Imam Abu Zakariya An-Nawawiy-rahimahullah- berkata ketika menjelaskan makna hadits di atas, "Hadits ini menjelaskan maksud tercabutnya ilmu dalam hadits-hadits lalu yang muthlak (umum), bukan menghapusnya dari dada para penghafal (pemilik) ilmu itu. Akan tetapi maknanya, para pembawa ilmu itu (yakni para ulama) akan mati. Lalu manusia mengangkat orang-orang jahil (sebagai pemimpin da lam agama). Orang-orang jahil itu memutuskan perkara berdasarkan kejahilan-kejahilan nya. Lantaran itu ia sesat, dan menyesatkan orang lain."[3]

BAB III
PENUTUP
Dalam bahasan makalah ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
Maksud tercabutnya ilmu dalam hadits-hadits lalu yang muthlak (umum), bukan menghapusnya dari dada para pengha fal (pemilik) ilmu itu. Akan tetapi maknanya, para pembawa ilmu itu (yakni para ulama) akan mati. Lalu manusia mengangkat orang-orang jahil (sebagai pemimpin dalam agama). Orang-orang jahil itu memutuskan perkara berdasarkan kejahilan-kejahilannya. Lantaran itu ia sesat, dan menyesatkan orang lain.


[1] Muhammad Fu’ad  ’Abdul Baqi, KUMPULAN HADITS SHAHIH BUKHARI-MUSLIM, ed. Junaidi Manik, S.Pd.I, trans. Arif Rahman Hakim, Lc, Cetakan keenam (Sukoharjo: Insan Kamil Solo, 2012), 786–787.
[2] Ibnu Hamzah Al Hanafi AD Damsyiqi, ASBABUL WURUD 1, trans. H.M. Suwarta Wijaya. B.A. and Drs. Zafrullah Salim, Cetakan Kedua (Jakarta: KALAM MULIA, 1994), 447–448.
[3] “MAKALAH ... ?: TERCABUTNYA ILMU,” accessed September 17, 2013, http://34riba.blogspot.com/2009/06/tercabutnya-ilmu.html?zx=6728c9ee72f4f0d.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar